JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ganewati Wuryandari menilai pendekatan personal (personal approach) antara Presiden Indonesia SBY dan PM Australia Tony Abbott diperlukan untuk meredakan ketegangan hubungan antara kedua negara. Pendekatan personal dinilai sebagai instrumen yang efektif untuk menyelesaikan persoalan antara kedua negara.
"Saya kira kedua pimpinan negara perlu melakukan personal approach," kata Ganewati saat dihubungi, Rabu (20/11/2013).
Ganewati mengatakan, pendekatan personal jauh lebih penting ketimbang upaya diplomasi dengan mengungkapkannya ke publik, termasuk melalui media sosial. Ganewati pun meminta keduanya mencontoh bagaimana Presiden Soeharto dan PM Paul Keating menyelesaikan persoalan antara kedua negara.
"Hubungan kedua negara saat Soeharto itu bagus karena hubungan (personal) itu," ucapnya.
Ganewati berpandangan, meski secara etika internasional tidak etis, penyadapan lazim dilakukan dalam konteks hubungan internasional. Setiap negara, termasuk Indonesia, juga melakukan aktivitas intelijen di berbagai negara melalui keberadaan agen-agen intelijen. Karena alasan itulah, ia tak yakin Tony Abbott akan bersedia meminta maaf kepada Indonesia.
"Apakah ada negara yang melakukan penyadapan, kemudian melakukan permintaan maaf secara terbuka?" tanya Ganewati.
Seperti diketahui, Abbott menolak meminta maaf terkait pemberitaan media soal penyadapan. Ia justru menegaskan bahwa hubungan dengan Indonesia tetap dekat dan kuat walau ada tuduhan kegiatan spionase yang memicu kemarahan Pemerintah Indonesia.
KALIMAH ALLAH: KERAJAAN JADI TUNGGUL?
-
* DIPETIK DARI LAMAN ISU VIRAL*
Isu ini telah membangkitkan rasa tidak senang pelbagai pihak tidak kira
kumpulan politik, NGO mahupun rakyat major...
Catat Ulasan